Sabtu, 26 Maret 2011

Asesmen Kegiatan Belajar di TK

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Program PAUD sudah menjadi komitmen nasional dan internasional. Komitmen internasional untuk memperluas pelayanan PAUD tertuang dalam Deklarasi Dakkar dengan bertekad memberikan pelayanan untuk semua anak pada tahun 2015 nanti. Kepastian hukum pelaksanaan PAUD di Indonesia sudah sangat kuat dengan masuknya PAUD dalam Sistem Pendidikan Nasional dan meletakkan 75% anak sudah mendapat pelayanan pendidikan dan perawatan Anak Usia Dini pada tahun 2015 nanti.

Bahkan saat ini PAUD termasuk salah satu dari 10 isu sentral Mendiknas. Pada saat ini bahkan PAUD sudah masuk dalam RPJM dan RPJP sehinggah siapapun presiden di Indonesia program PAUD akan tetap menjadi program prioritas pembangunan SDM Indonesia kedepan. Namun tantangan Program PAUD ke depan masih sangat besar mengingat hasil laporan UNESCO tahun 2006 menyebutkan Indonesia merupakan negara dengan Angka Partisipasi PAUD terendah di dunia bahkan dibawah rata-rata Angka Partisipasi PAUD kelompok negara miskin.

Karena begitu pentingnya PAUD, maka perlu diterapkan system penilaian terhadap proses dan hasil kegiatan belajar. Sistem penilaian di satuan PAUD tidak sama di tingkat satuan pendidikan jenjang formal seperti di SD, SMP, dan SMA. Di PAUD tidak mengenal ulangan, ujian apalagi tes objektif. Untuk mengukur perkembangan di PAUD hal yang dilakukan adalah dengan mengamati, mencatat, dan mendokumenkan. Pada satuan PAUD system penilaian disebut dengan asesmen.

B. Rumusan Masalah

Makalah kami ini berjudul “Asesmen Kegiatan Belajar” memiliki rumusan masalah yaitu bagaimanakah asesmen dalam kegiatan belajar di Taman-kanak ?

BAB II

PEMBAHASAN

Pada satuan pendidikan sekolah dasar, sekolah menengah system penilaian terhadap hasil belajar kita mengenal adanya ujian, ulangan ditingkat akhir dikenal Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (EBTANAS) yang kemudian diganti Ujian Akhir Nasional (UAN). Diakhir kelas enam SD atau tiga SMP dan SLTA siswa mengerjakan UAN untuk menentukan lulus tidaknya siswa tersebut. UAN tersebut berbentuk tes tertulis (paper and pencil test). Soal-soal yang ada di dalamnya menggambarkan materi pelajaran yang standar yang dipelajari siswa selama belajar di sekolah. Proses seperti itu, dikenal dengan istilah evaluasi yang dilakukan setelah akhir suatu program. Tujuannya untuk mengukur keberhasilan suatu program yang diwujudkan dalam bentuk angka atau skor. Jika anak memperoleh nilai 100 berarti anak tersebut menguasai 100% dari materi pelajaran, dan jika anak memperoleh nilai 70 berarti anak hanya menguasai materi pelajaran 70%.

Sedangkan untuk anak usia dini/prasekolah, proses penilaian seperti itu tidak cocok, bahkan tes tertulis seperti itu tidak bisa dilakukan, karena anak untuk pendidikan anak usia dini belum bisa membaca dan menulis. Tes seperti ini akan membuat anak-anak stress. Sebagai gantinya digunakan asesmen.

A. Pengertian Asesmen

Asesmen merupakan proses pengamatan, pencatatan, dan pendokumentasian kemampuan dan karya anak sebagai dasar pengambilan keputusan pendidikan yang bermanfaat bagi anak. Tujuan utama asesmen bukan untuk mengukur keberhasilan program atau kelulusan anak, tetapi untuk mengetahui perkembangan anak dan untuk menentukan bentuk bimbingan belajar yang tepat. Asesemen tidak dilakukan diakhir tahun/program, tetapi dilakukan terus menerus sejalan dengan kegiatan pembelajaran. Asesmen dilakukan secara alami, yaitu pada saat anak bermain, menggambar, atau membuat karya. Informasi dari orang tua juga diperlukan agar guru dapat mengetahui perkembangan anak dengan tepat. Dengan mengetahui tingkat perkembangan anak, guru dapat memberikan bantuan belajar yang tepat, sehingga anak dapat mencapai hasil belajar yang optimal.

B. Prinsip Prinsip Asesmen

Asesmen untuk anak TK mengikuti enam prinsip utama seperti berikut ini.

1. Holistik

Asesmen hendaknya bersifat menyeluruh meliputi seluruh aspek perkembangan anak. Asesmen mencakup aspek fisik motorik, sosial, emosional, moral-agama, intelektual, bahasa. Tujuannya ialah agar siswa dapat mengembangkan seluruh aspek tersebut sehingga kelak menjadi manusia seutuhnya.

2. Otentik

Asesmen dilakukan dalam kegiatan yang nyata, fungsional, alami, dan berdasarkan apa yang dapat dilakukan oleh anak. Misalnya, pada saat menggambar guru mengamati perpaduan warna, bentuk garis, dan bertanya cerita dibalik gambar itu. Dengan demikian guru dapat mengetahui kemampuan membuat garis, menggunakan warna, dan kreatifitas anak meluangkan idenya.

3. Kontinyu

Asesmen dilakukan secara berkelanjutan pada saat melakukan kegiatan belajar. Asesmen tidak dilakukan diakhir kegiatan pembelajaran atau diakhir satu unit tema, tetapi dapat dilakukan untuk melihat perkembangan anak secara harian, mingguan, dan bulanan dari seluruh aspek perkembangan anak.

4. Alami dan bermakna

Asesmen dilakukan secara alami yaitu pada saat anak asyik melakukan kegiatan belajar. Guru tidak mengkondisikan anak pada saat test, tetapi melalui situasi keseharian. Misalnya pada saat bermain sepeda A merebut sepeda B lalu ia marah dan balik memukul A sambil melerai keduanya, guru dapat bertanya kenapa A merebut sepeda B? Mungkin A akan menjawab bahwa B tidak mau bergantian. Guru juga bertanya kepada B, kenapa tidak mau meminjamkan sepedanya? Mungkin B akan mengatakan bahwa ia masih senang bermain. Dari situasi seperti itu guru dapat member nasehat bahwa semua mainan disekolah untuk bersama, dan oleh karenanya harus saling bergantian. Guru kemudian dapat member waktu kepada A selama 5 menit, lalu nanti kembali ke B untuk seterusnya. Jadi disini yang dipentingkan adalah bagaimana mendidik anak agar ia dapat belajar mengendalikan emosi dan mengembangkan aspek social.

5. Individual

Asesmen bersifat individual, artinya dilakukan untuk melihat perkembangan anak secara individual meskipun mungkin dilaksanakan pada saat anak bermain dalam kelompok. Asesmen hendaknya mengungkapkan kelebihan, kekurangan, gaya belajar, dan kebutuhan khusus setiap anak. Asesmen tidak membandingkan satu anak dengan anak yang lain, tetapi membandingakan hasil, kemarin dengan sekarang untuk melihat perkembangan anak. Berdasarkan hal itu, tidak layak jika di TK ada rangking kelas dan juara kelas. Berdasarkan hal itu landasan keilmuan PAUD, setiap anak itu unik. Ia memilki bakat, minat, cita-cita dan kemampuan tersendiri yang tidak dapat dibandingkan dengan yang lain. Fungsi guru, orang tua, dan para professional ialah membantu agar anak dapat berkembang dan belajar sesuai bakat, minat, cita-cita dan kemampuannya.

6. Multisumber dan Multikonteks

Asesmen hendaknya dilakukan dalam berbagai konteks. Jika guru hanya menggunakan satu konteks saja dan sekali asesmen dikhawatirkan hasilnya kurang tepat. Oleh karenanya dibutuhkan beberapa konteks untuk melakukan asesmen aspek yang sama. Sebagai contoh, untuk melakukan asesmen perkembangan kemampuan motorik anak dapat dilakukan pada saat kegiatan menggunting, mewarnai pola, menempel dan meronce. Untuk melihat perkembangan moral dan social dapat dilakukan pada saat anak bermain bersama, antri makanan, proyek kelompok, dan bekerjasama.

C. Teknik Asesmen

Agar hasil asesmen tidak bias dan menggambarkan kemampuan anak yang sebenarnya, maka asesmen dapat dilakukan melalui kegiatan:

1. Pengamatan (Observing)

Pengamatan dapat dilakukan melalui beberapa cara seperti:

a. Narative Observation

Narative observation ialah teknik asesmen dengan cara mencatat perilaku yang dikerjakan anak pada aspek tertentu, pada waktu tertentu. Teknik ini dilakukan melalui:

· Running Record

Running record merupakan catatan kejadian/perilaku anak. Guru mencatat perilaku yang dilakukan anak di kolom sebelah kanan. Misalnya guru menuliskan tentang anna. Anna bermain lempung. Ia menggulung lempung dengan kedua tangannya. Lalu ia membentuk lempung menjadi lempengan dengan cara menggerakkan pensil di atasnya. Komentar guru mungkin berbunyi, Anna memiliki kemampuan motorik kasar dan halus yang baik.

· Specimen Record

Bagian dari narative observation yang lebih detail dari Running Record. Specimen record difokuskan untuk mengamati suatu perilaku tertentu, pada anak tertentu, dengan seting tertentu. Selain catatan, digunakan pula tape recorder dan kamera video.

· Anecdotal Record

Anecdotal record berisi catatan singkat setelah guru mengamati kejadian yang lucu, aneh atau khas yang menggambarkan kemampuan anak. Misalnya pada saat bermain balok anak berkata, Aku membuat mobil. Anak lain menyahutinya, Mobil kok rodanya dua, kan rodanya ada empat ? Yang dua kan di sebelah sana jadi tidak kelihatan. Dari dialog tersebut guru dapat mencatat dialog tersebut yang menggambarkan bahwa sebenarnya anak sudah dapat menambah dan mengurang 4 dan 2

b. Metode Interviu

Metode interviu digunakan untuk melihat perkembangan anak. Interviu dapat dilakukan dengan anak dan orangtua. Interviu dengan anak dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan pada saat anak sedang bekerja. Misalnya pada saat bermain dengan balok, guru bertanya sedang membuat apa, berapa balok yang diperlukan ? Dan seterusnya. Interviu dengan orang tua juga perlu dilakukan karena orang tua biasanya lebih banyak tahu tentang anaknya daripada guru. Oleh karenanya, orang tua merupakan sumber informasi yang baik tentang perkembangan anak.

c. Check List

Metode ini, guru hanya tinggal mengecek pada daftar target pengamatan yang diamati pada anak, misalnya mampu tidaknya anak melakukan suatu indicator kegiatan.

2. Pencatatan (Recording)

Kegiatan yang dilakukan anak, diamati dan dicatat, biasanya meliputi, tingkat perkembangan, kelebihan, kelemahan dan kebutuhan.

3. Pendokumentasian (documenting) dan analisis (analizing)

Hasil-hasil pengamatan dan karya anak didokumentasikan kemudian di analisis untuk mengetahui tingkat perkembangan anak dalam berbagai aspek perkembangan. Selanjutnya diorganisasi dan disimpan sebagai fortopolio anak.

Selanjutnya, guru dapat memberi tahu orang tua tentang perkembangan anaknya dan langkah-langkah yang perlu dilakukan selanjutnya untuk optimalisasi perkembangan anak.

D. Komponen Asesmen

Secara ideal, komponen yang diases meliputi seluruh aspek perkembangan anak yaitu:

1. Fisik

Aspek perkembangan fisik meliputi :

a. Motorik halus

- Dapat mengurus dirinya sendiri dengan sedikit bantuan:

· Makan

· Berpakaian

· Mandi

· Menyisir rambut

· Mencuci dan melap tangan

· Mengikat tali sepatu

- Dapat membuat berbagai bentuk dengan menggunakan misalnya tanah liat, plastisin, play dough

- Meniru membuat garis tegak, miring, lengkung dan lingkaran

- Meniru melipat kertas sederhana (1-12 lipatan)

- Menggambar orang dengan bagian-bagiannya

- Belajar menggunting bebas dengan berbagai media

- Belajar menggunting dengan berbagai media sesuai dengan poa (gelombang, zig-zag, lingkaran, segiempat, segitiga)

- Dapat membuat lingkaran dan bujur sangkar

- Menyusun menara kubus

- Menjahit sederhana dengan menggunakan tali sepatu, benang wol, raffia, dan sebagainya

- Menyusun menara kubus minimal 8 kubus

b. Motorik Kasar

- Dapat berjalan bangun tanpa berpegangan

- Berjalan

· Pada garis lurus

· Pada jari kaki (berjinjit)

· Mendur sejauh 1-3 meter

· Di atas papan titian

· Dengan tumit dengan keseimbangan

· Melompat dengan alat atau tanpa alat

· Di tempat

· Ke depan, ke samping

· Dengan satu kaki

- Meloncat dari ketinggian 20 cm

- Memanjat

- Berlari

· Dengan cepat

· Sambil melompat

- Bermain dengan bola (menangkap, melempar, menendang)

- Naik sepeda roda dua

2. Kognitif

Aspek perkembangan kognitif meliputi :

a. Sains

- Mengelompokkan benda dengan berbagai cara yang diketahui anak (misalnya, menurut warna, bentuk, ukuran)

- Mencari/menunjuk sebanyak-banyaknya benda, binatang, tanaman yang mempunyai warna, bentuk atau ukuran atau menurut ciri-ciri tertentu

- Mengenal perbedaan antara kasar dan halus, berat dan ringan, panjang dan pendek, jauh dan dekat.

- Membedakan bermacam-macam rasa, bau, atau suara

- Menyebutkan perbedaan dua buah benda

- Mencari lokasi asal tempat suara

- Mencoba dan menceritakan apa yang terjadi, jika :

· Warna dicampur

· Biji ditanam

· Balon ditiup lalu dilepas

· Benda-benda dimasukkan ke air

· Benda-benda dijatuhkan, dan lain-lain

- Memasangkan benda sesuai dengan pasangannya

b. Matematika

- Menyebut urutan bilangan dari 1-10

- Membilang (mengenal konsep bilangan dengan benda-benda)

- Menghubungkan konsep bilangan dengan lambang bilangan (anak tidak disuruh menulis)

- Mengenal konsep bilangan sama dan tidak sama, lebih dan kurang, banyak dan sedikit

- Menyebutkan benda yang berbentuk geometri

- Mengelompokkan lingkaran, segitiga dan segiempat

- Menyusun kepingan puzzle menjadi bentuk utuh (4-15 bagian)

- Mengenal ukuran panjang, berat dan isi

- Mengenal alat untuk mengukur

- Menyatakan waktu yang dikaitkan dengan jam

- Mengenal penambahan dengan benda-benda 1-10

- Mengenal pengurangan dengan benda-benda 1-10

- Mengurutkan benda 1-10 berdasarkan urutan tinggi rendah, besar kecil, berat ringan, tebal tipis.

- Memperkirakan urutan berikutnya setelah melihat bentuk 2-3 pola yang berurutan misalnya merah, putih, biru, merah, putih, biru, merah, ….

- Meniru pola dengan menggunakan 4 kubus

- Mengerjakan mencari jejak yang lebih rumit.

3. Bahasa

Aspek perkembangan bahasa meliputi

- Menyebutkan nama, jenis kelamin

- Berbicara lancar dengan kalimat sederhana

- Menirukan kembali 2 s.d 4 urutan kata (latihan pendengaran)

- Mampu melaksanakan 1-2 perintah secara berurutan dengan benar

- Memberi keterangan/informasi tentang sesuatu hal

- Melengkapi kalimat sederhana yang diucapkan guru

- Dapat mendengarkan dan menceritakan kembali cerita sederhana dengan urut

- Mengekspresikan diri melalui dramatisasi

- Membuat kata sebanyak-banyaknya dari suku kata awal yang disediakan dalam bentuk lisan

- Memahami konsep lawan kata

- Mengenal kata kerja melalui gerakan-gerakan yang sederhana, misalnya duduk, jongkok, berlari, makan, menangis

- Menggunakan kata gantu (aku, kamu, saya, dia)

- Mengucapkan suku kata dengan nyanyian. Misalnya la-la-la, ma-ma-ma, ti-ti-ti

- Menggunakan konsep waktu ( hari ini, besok, sekarang, nanti, pagi, sore, malam, dan lain-lain)

- Mengungkapkan beberapa sajak sederhana

- Menyebutkan tulisan sederhana melalui symbol yang melambangkannya.

- Dapat menceritakan gambar (gambir yang disediakan atau dibuat sendiri)

- Mengurutkan dan menceritakan isi gambar berseri

- Menggunakan dan dapat menjawa pertanyaan apa, mengapa, dimana, berapa, bagaimana, kapan, dan sebagainya.

- Dapat menggunakan bahasa isyarat seperti anggukan kepala, gerakan tubuh, tangan dan mata.

4. Sosial-Emosional

Aspek perkembangan social-emosional meliputi

- Tenggang rasa terhadap orang lain

- Bekerja sama dengan teman

- Mudah bergaul/berinteraksi dengan orang lain

- Dapat berkomunikasi dengan orang yang sudah dikenalnya

- Meniru kegiatan orang dewasa

- Mau berbagi dengan teman

- Mau bermain dengan teman sebaya

- Tolong menolong sesama teman

- Dapat mengikuti aturan permainan

- Dapat mematuhi aturan yang ada

- Dapat memusatkan perhatian

- Belajar memisahkan diri dari orangtuanya terutama ibu

- Menyayangi anggota keluarga dan teman-temannya

- Merasa puas atas prestasi yang dicapai

- Dapat mengendalikan emosi

- Menunjukkan reaksi emosi yang wajar karena marah, senang, sakit, takut, dsb

- Berani dan mempunyai rasa ingin tahu yang besar

- Dapat menghindari obat-obat yang berbahaya

- Dapat menggunakan benda-benda yang berbahaya dengan hati-hati

5. Seni

Aspek perkembangan seni meliputi:

- Menggambar bebas dengan menggunakan pensil warna, arang, krayon, dan lain-lain

- Menggambar bebas dengan bentuk gambar titik, garis, lingkaran, segiempat, segitiga, dan bujur sangkar yang sudah tersedia

- Menggambar bebas di dalam lingkaran, segiempat, segitiga, dan bujur sangkar yang sudah tersedia

- Melukis dengan jari (finger painting), kuas, pelepah pisang, dan sebagainya

- Mewarnai bentuk gambar sederhana

- Meronce

- Menciptakan bermacam-macam bentuk bangunan dari kubus

- Menganyam sederhana

- Membatik dan jumputan

- mencipta dengan stempel

- Permainan warna dengan menggunakan berbagai media, misalnya krayon, cat air, dan lain-lain

- Menciptakan kolase, mozaik

- Menggerakkan kepala, tangan atau kaki sesuai dengan irama music/ritmik

- Bergerak bebas sesuai dengan irama music

- Menyanyikan beberapa lagu anak-anak

- Meniru gerakan binatang, tanaman, dan sebagainya

- Senam dengan berbagai variasi

6. Moral dan Nilai Agama

Aspek perkembangan moral dan nilai agama meliputi

- Berdoa sebelum dan sesudah memulai kegiatan

- Meniru pelaksanaan ibadah agama

- Menyayangi dan memelihara semua ciptaan Tuhan

- Cinta antara sesama suku bangsa Indonesia

- Mengenal arti kebersamaan dan persatuan

- Mengenal sopan santun dengan berterima kasih

- Mengucapkan salam bila bertemu dengan orang lain

- Rapi dalam bertindak, berpakaian dan bekerja

- Mengenal konsep benar dan salah

- Dapat mengurus dirinya sendiri

- Bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan

- Menjaga kebersihan diri

- Menjaga kebersihan lingkungan

- Mengenal bendera

- Mengenal suku bangsa, pakaian, rumah adat, tarian

Namun demikian hal itu, bukan persoalan yang mudah. Apalagi untuk kelas besar, dengan 15-20 anak hanya dengan satu orang guru. Guru perlu membuat perencanaan yang baik mengenai siapa saja, apa saja, dan kapan dilakukan asesmen.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Asesmen kegiatan belajar pada tingkat SD dan Sekolah Menengah sangat berbeda dengan penerapan asesmen kegiatan belajar di TK. Di TK, anak diasesmen dengan berdasarkan bagaimana perkembangan kompetensi beberapa aspek perkembangan yang berkembangan dalam diri anak. Selanjutnya, seorang guru dalam mengasesmen anak didiknya perlu mematuhi prinsip-prinsip yang teah ada sebelumnya agar proses pengasesmen terhadap anak didik dapat terlaksana efektif.

DAFTAR PUSTAKA

Yus Anita. 2005. Penilaian Perkembangan Belajar Anak di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depertemen Pendidikan Nasional

Suyanto, S. 2005. Pembelajaran untuk Anak TK. Jakarta: Depertemen Pendidikan Nasioanl.

Isjoni. 2009. Model Pembelajaran Anak Usia Dini. Bandung : Alfabeta.